Bismillahirrahmanirrahim, a—lo hai moodees! One day one knowledge itu wajib. Hari ini aku recap webinar psikologi yang menarik. Disimak ya!
By Kak Kiki Ramiza M.Psi
💕 Ketika mendengar kata emosi ada banyak asumsi dan persepsi terkait kata ini. Emosi, kecewa, itu hal yang sangat wajar karena setiap hari kita mengalami situasi yang akan menjadi kejutan untuk kita. Kita tidak tahu apa yang akan kita lalui, apakah senang, sedih, putus asa, atau bahkan cemburu.
💕 Emosi kita sudah diuji Allah di 5 tahun pertama kehidupan. Balita di usia 18 bulan ke atas sudah kelihatan bagaimana dia belajar mengenai regulasi emosi. Regulasi emosinya berkembang di usia 2 tahun atau 18 bulan ke atas.
💕 Berita di media sosial dan televisi perkara kekerasan sangat menggangu psikologis kita. Tapi kita coba untuk memahami tingkat emosi seseorang bila bila ada rentetan kejadian yang melelahkan membuatnya tidak bisa mengontrol. Semua itu bisa dikarenakan sejak kecil ada kejadian-kejadian buruk yang belum diselesaikan.
💕 Bila ada anak yang diam di dalam rumah, tidak ingin terbuka pada ayah dan ibunya maka itulah alarm untuk ayah ibunya. Ada sesuatu yang salah dan ada yang ia sembunyikan. Tidak ada anak introvert di dalam rumah. Semua hal yang mungkin dianggap tabu tapi bisa ia utarakan ke orangtua, berarti dia nyaman dengan lingkungan dalam rumahnya.
💕 Regulasi emosi dimulai ketika ibunya mengandung. Anak bisa merasakan bila orangtuanya cemas atau tidak menerima dia meskipun masih di dalam kandungan.
💕 Apa itu emosi? Secara teori emosi itu adalah sebuah anugrah dari Allah. Emosi itu sesuatu yang membuat seseorang bergerak karena emosi adalah reaksi alami dari tubuh kita terhadap situasi tertentu yang paling banyak kaitannya dengan otak. Sifat dan intensitas emosi dihasilkan dari persepsi sesuatu yang terjadi.
Misal kita terlambat bangun pagi ini, telat solat subuh. Ketika kita menyadari bila kita terlambat dan kebingungan, itulah bukti otak kita sudah memberikan signal emosi dan rasa bersalah. Ketika perasaan itu muncul, itulah reaksi tubuh terhadap situasi tersebut.
💕 Emosi ada banyak sekali ragamnya. Dalam 1 hari kita bisa merasakan berbagai macam emosi. Apalagi kita perempuan, emosinya sangat beragam. Perempuan itu memiliki lubang emosi di otak yang kecil-kecil, berbeda dengan laki-laki. Bagaimana cara mengendalikan emosi itu? Adalah dengan pikirannya sendiri. 99% emosi perempuan dapat dikendalikan dengan pikirannya. Sementara laki-laki, 1 emosinya yang tidak bisa dikendalikan dapat meledak lebih besar.
💕 Emosi ada 3, emosi positif, sosial dan negatif. Emosi negatif banyak ditolak oleh diri kita. Contoh sedih, marah, frustasi, takut, kecewa. Emosi sosial seperti empati, simpati, cemburu.
💕 Emosi diciptakan Allah agar kita bisa merasakan energi positif dan hidup. Tidak seperti patung.
💕 Faktor yang mempengaruhi regulasi emosi seorang :
1. Pengalaman masa kecil
Bagaimana kita berinteraksi dengan pengasuh kita, entah ibu atau ayah atau pengganti. Lingkungan sangat mempengaruhi regulasi emosi seseorang. 5 tahun pertama manusia itu yang membentuk. Ketika anak sedang tantrum seringkali dibiarkan karena itulah bentuk perkembangan emosi balita.
2. Tempramen
Tempramen adalah sifat yang dibawa sejak lahir. Ada anak yang tenang atau mudah panik.
3. Budaya
Sebagian besar lingkungan sosial sangat mempengaruhi. Orang enggan mengekspresikan emosinya karena takut dijudge. Ketika kita mampu mengekspresikan emosi dan orang di sekitar mendukung itu luar biasa.
4. Kondisi mental dan fisik
Misal dia didiagnosis diabetes dan butuh treatment kompleks. Hal itu sangat mempengaruhi emosinya. Begitu juga penyakit mentalnya. Sering kali mereka diam dan tidak bisa mengekspresikan sehingga muncul prilaku negatif.
5. Dukungan sosial
Dukungan sosial berasal dari lingkungan terdekat kita.
💕 Fungsi emosi :
1. Emosi sebagai pemberi informasi
Jangan sampai kita melampiaskan emosi dan melukai orang lain atau bahkan diri kita sendiri.
2. Emosi sebagai pengarah perhatian
Bila kita menyayangi orangtua, anak, pasangan, emosi itu mendorong kita untuk ingin melindungi mereka, untuk memberikan yang terbaik.
3. Emosi sebagai pengatur prilaku.
Misal kita menilai orang lain dan membuat kita emosi sehingga ada perilaku yang bisa muncul.
4. Emosi memperkuat hubungan
5. Emosi sebagai sarana mengekspresikan diri.
Sama seperti kita bisa menerima kebahagiaan, kita juga mesti bisa menerima kesedihan. Emosi ada agar kita bisa maju dan berkembang. Ustdz. Aisyah Dahlan yang banyak membahas anatomi otak manusia yang kalau dalam keadaan tidak nyaman akan mempengaruhi perilaku kita kedepannya.
💕 Langkah meregulasi emosi :
1. Self Awareness
Kesadaran diri atas emosi negatif. Misal pekerjaan di rumah sebagai ibu membuat kita merasa jenuh karena pekerjaan monoton. Hal itu cepat sekali menimbulkan perasaan tidak nyaman seperti merasa tidak dibantu, kelelahan. Jadi sebelum bereaksi, maka identifikasi alasannya terlebih dahulu. Ketika perasaan itu hadir, maka terima terlebih dahulu.
Ketika ditanya pasangan "kamu marah?" Kita selalu denial dan menolak perasaan marah dengan berkata bohong. Ketika kita mampu menerima emosi negatif, itulah kunci awal regulasi emosi
Kita selalu berlomba dengan waktu. 24 jam kita merasa waktu begitu cepat berlalu. Semua ingin dilakukan secara cepat. Hal ini menyebabkan kesulitan untuk meregulasi emosi karena otak hanya mampu fokus pada 1 hal. Kalau kita kerjakan pelan-pelan dan menikmati akan lebih mudah terkontrol emosi kita. Kalau belum mampu, pastikan kita terbuka dengan seseorang.
2. Kuasai Diri
Berlatih teknik pernafasan ketika menghadapi semua situasi. Usahakan kita fokus dengan napas. Kalau kita ingin segala hal 'cepat' kita tidak fokus pada pernapasan. Sembari katakan 'alhamdulillah'. Kalau kita tidak fokus menarik napas, oksigen yang masuk tidak cukup sehingga membuat emosi mudah tersulut.
Berlatih pengalihan fokus dengan memfokuskan pandangan dengan benar-benar di sekitar kita.
Mengelola pikiran, di psikoterapi biasanya dengan meng-switch pikiran negatif menjadi positif yaitu dengan mengindetifikasi. Biasanya di kalangan remaja adalah perasaan insecure dengan fisik diri karena mereka menutup kelebihan yang ada pada diri mereka.
3. Mengasah Skill Komunikasi
Komunikasi tidak serta merta mengungkapkan pada sembarang orang. Komunikasi efektif ketika sudah sama-sama memahami dan memiliki visi misi yang sama. Komunikasi terbuka yaitu tidak ada rasa takut saat akan menyampaikan dimulai sejak anak lahir. Mendengarkan aktif dan menyampaikan batasan.
4. Kontrol Stress
Memperbaiki pola tidur karena mood di pagi hari sangat mempengaruhi mood seharian, berlatih teknik relaksasi pernapasan, dan time management yang baik sehingga tahu apa yang harus diprioritaskan.
5. Journaling Emosi
Ketika tidak bercerita dengan orang lain bisa meluapkan dengan tulisan. Persiapkan peralatan menulis. Menulis dapat menimbulkan hal-hal yang bisa kita resapi dari apa yang terjadi dan tidak kita senangi. Hal itu dapat membuat kita mudah mengidentifikasi.
6. Ganti Posisi
Kalau sedang berbaring, maka duduklah. Kalau duduk maka berdiri. Kalau tidak berhasil juga maka minum. Kalau minum tidak berhasil maka berwudhulah.
"Janganlah kamu marah, maka kamu akan masuk surga," (At. Thabrani)
Wallahu'alam bisawab
Jazakumullah Khoiron, semoga bermanfaat


0 comments